Senin, 12 Januari 2015

Memilih Benih Jambu Mete yang Baik dan Benar

Jambu Mete(Anacardium occidentale L) adalah salah satu komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi antara lain sebagai bahan baku industri makanan dan berfungsi menjadi tanaman konservasi pada lahan marjinal. Kacang mete sebagai bahan baku industri makanan menempati posisi utama dibandingkan dengan jenis tree nuts lainnya, dikarenakan harga kacang mete relatif mahal.

sumber gambar: http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpambon/foto_berita/54jambumete1.jpg
Wilayah pengembangan Jambu mete (Anacardium occidentale L) di Indonesia pada umumnya berada di Kawasan Timur Indonesia seperti provinsi Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara dan Papua.

Produksi nasional jambu mete Indonesia tahun 2000 berjumlah 69.927 ton gelondong, dengan luas areal 561.310 ha dan pada tahun 2011 luas areal menjadi 575.841 ha dengan produksi 114.789 ton gelondong. Peningkatan produksi ini lebih banyak disebabkan karena peningkatan luas areal pertanaman.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan produktivitas jambu mete saat ini adalah sebagian besar belum menggunakan benih bina (benih asalan) dan adanya gangguan hama penyakit yang bersifat eksplosif yangmengakibatkan produksi rendah sehingga pendapatan petani menurun. Untuk mengatasi hal tersebut perlu penggunaan benih unggul bersertifikat. 

SYARAT TUMBUH

Tanaman jambu mete dapat tumbuh dengan baik serta berproduksi secara optimal apabila persyaratan lingkungan tumbuhnya terpenuhi. Faktor tanah yang mempengaruhi terdiri atas tebal solum, tekstur, kemasaman (pH), kemiringan, kedalaman permukaan air dan drainase. Sedangkan faktor iklim meliputi tinggi tempat, curah hujan, bulan kering, bulan basah, dan kelembaban udara. 

PENYEDIAAN BENIH SIAP TANAM

Benih Jambu mete saat ini ada dua kriteria :
  1. 1.        Benih jambu mete asal gelondong (seeds)
Pilih benih dari pohon induk dari varietas yang telah  dilepas oleh Menteri Pertanian atau dari pohon induk terpilih dari Blok Penghasil Tinggi (BPT) jambu mete yang telah ditetapkan oleh Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi.
  1. 2.        Benih jambu mete asal sambung pucuk (Grafting)
Untuk mendapatkan tanamanyang sifat-sifatnya sama dengan induknya, harus dilakukan perbanyakan secara klonal melalui penyambungan (grafting). Sebagai bahan entres harus berasal dari Pohon jambu mete varietas bina yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian atau pohon-pohon yang telah ditetapkan sebagai pohon induk terpilih jambu mete dengan produksi tinggi (> 10 kg gelondong/pohon/tahun) untuk dijadikan sumber batang atas (entres) yang akan disambungkan dengan benih batang bawah (rootstock) yang berasal dari gelondong.

Varietas Anjuran

Jenis varietas jambu mete yang dianjurkan untuk ditanam adalah benih bina yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Varietas Jambu mete yang telah dilepas adalah sebagai berikut :
-       Gunung Gangsir I
-       PK 36
-       MR 851
-       B 02
-       Segayung Muktiharjo 9 (SM 9)
-       Meteor YK
-       Flotim
-       Ende
-       Muna
Penggunaan benih yang baik/unggul merupakan salah satu langkah awal yang menentukan keberhasilan suatu usaha perkebunan. Pada tanaman jambu mete, penyerbukan terjadi secara silang, sehingga benih dari pohon tersebut tidak sama dengan induknya. Untuk mendapatkan tanamanyang sifat-sifatnya sama dengan induknya, harus dilakukan perbanyakan secara klonal melalui penyambungan (grafting). Dicari pohon-pohon dengan produksi tinggi (> 10 kg gelondong/pohon/tahun)  untuk dijadikan sumber batang atas (entres) yang akan disambungkan dengan benih batang bawah (rootstock) yang berasal dari gelondong.

PERBANYAKAN TANAMAN

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Pilih benih dari pohon induk terpilih atau blok penghasil tinggi. Benih ditanam dengan bagian punggung berada diatas sehingga dapat menghasilkan kecambah yang normal.

Benih jambu mete dengan diameter pangkal batang telah mencapai > 5 mm sudah dapat disambung dengan batang atas dari varietas/klon yang unggul. Sebagai batang bawah dapat digunakan benih jambu mete yang berasal dari gelondong dengan vigor tinggi.

Tabel 1. Persyaratan Pohon Induk Jambu Mete

Tabel 2. Persyaratan Benih sebagai Batang Bawah
Sumber artikel : http://ditjenbun.pertanian.go.id/tanhun/berita-220-memilih-benih-jambu-mete-yang-baik-dan-benar.html

Minggu, 11 Januari 2015

Peremajaan dan Perluasan Jambu Mete




Jambu mete atau jambu monyet ataupun jambu mede adalah sejenis tanaman dari suku Anacardiaceae yang berasal dari Brasil dan memiliki "buah" yang dapat dimakan. Yang lebih terkenal dari jambu mete adalah kacang mete, kacang mede atau kacang mente.  

Tanaman jambu mete merupakan salah satu tanaman bernilai ekonomi yang menjadi sumber pendapatan salah satunya petani di Kabupaten Flores Timur. Produksi jambu mete di daerah ini kurang dari 0,6 ton/ha, suatu kondisi yang jauh lebih rendah dibandingkan rerata nasional dan negara-negara penghasil mete yang berkisar 4 ton/ha.

Tanaman yang tua dan tidak diremajakan menjadi penyebab rendahnya produktivitas tanaman. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Flores Timur oleh Imam Suharto (2012) bertujuan untuk menemukan model peremajaan tanaman jambu mete yang mudah, tepat, cepat, secara finansial menguntungkan, dapat diterapkan oleh petani dan kualitas mete Flores dapat dipertahankan secara berkelanjutan.

Kombinasi perlakukan dua entres yang disambung pada batang bawah dengan dua cabang produktif menghasilkan yang terbaik yaitu panjang tunas baru (24, 85 cm), jumlah daun (27,91 helai), 69,57% bunga menjadi buah. Tingkat keberhasilan sambungan hidup mencapai 81,55% pada 210 HSP dan 75% tunas baru berbunga pada 113 HSP.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik sambung samping merupakan teknologi yang potensial sebagai model untuk peremajaan tanaman jambu mete yang kurang produktif, karena teknik ini sederhana dan mudah diterapkan yang ditunjang oleh entres dan batang bawah yang berkualitas baik, kompatibel dan kondisi iklim yang mendukung. Produksi 88% lebih tinggi dibandingkan dengan jambu mete yang tidak diremajakan, layak secara finansial dan diindikasikan dengan net present value sebesar Rp 28.161.890,89;B/C 1.37 dan internal rate return 23%. Petani merespon positif dan berminat melakukan peremajaan tanaman mete yang tua dan kurang produktif dengan teknik sambung samping.

Memang, salah satu komponen yang ikut menentukan kualitas tanaman serta hasil panen jambu mete adalah pemilihan bibit dengan kualitas unggul. Pada budidaya jambu mete, tanaman dapat diperbanyak secara generatif melalui biji atau secara vegetatif dengan cara pencangkokan, okulasi dan penyambungan. Jika menggunakan biji, maka jenis biji yang akan ditanam harus berasal dari pohon induk pilihan.

Cara penanganan biji mete untuk benih adalah : buah mete/calon bibit dipanen pada pertengahan musim panen. Buah mete yang dipilih sudah matang dan tidak cacat. Selanjutnya biji mete segera dikeluarkan dari buah semu lalu dicuci bersih, kemudian disortir. Tahapan berikutnya biji mete dijemur sampai kadar air 8-10%. Supaya lebih awet untuk disimpan, untuk biji jambu mete yang dikemas dalam kantong plastik, aliran udara di ruang penyimpanan harus lancar dengan suhu antara 25-30 derajat C dan kelembaban: 70-80%. Lama waktu penyimpanan bibit  6 bulan, paling lama 8 bulan. Hal yang terpenting adalah sebelum ditanam, benih (biji mete) harus disemai terlebih dahulu.

Peremajaan akan memakan biaya besar dan menjurus ke turunnya penghasilan untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5 tahun. Alternatif lain ialah menanam jambu mete dalam barisan menyemak (hedge row). Usaha ini akan menaikkan luas permukaan kanopi per hektarnya. Produktivitas tinggi yang diperoleh dapat dipertahankan dengan cara menyisipkan barisan selingan sejarak 50-75 cm jika barisan menyemak itu telah lowong sejauh 1 m. Pohon yang dipenggal akan meneruskan berproduksi pada tahun kedua. Barisan pohon, dapat pula dicabut dan diganti dengan tanaman unggul terseleksi. Barisan penanaman baru dapat berproduksi setelah 5 tahun. Akan tetapi, selama selang waktu itu barisan menyemak yang masih ada dapat tumbuh sepenuhnya dan mencapai produksi puncak. Jika rumpang antar-barisan menyemak itu menjadi kurang dari 1 m, barisan pohon yang tidak terkontrol harus dipangkas, agar memberikan ruang bagi barisan peremajaan atau penanaman kembali. Sistem ini memungkinkan panen sinambung dengan hasil produksi yang lebih tinggi dan lambat-laun akan mempertinggi tingkat hasil produksi itu. Di Australia, pemeliharaan barisan menyemak dengan menggunakan alat pangkas yang berada di atas traktor sedang diuji-coba.

Tanaman jambu mete bersifat tahan terhadap kekeringan. Tanaman ini juga memiliki pertumbuhan yang cepat dan perakaran yang dalam. Semula, tanaman ini hanya ditanam sebagai tanaman penghijauan karena mampu tumbuh di lahan-lahan yang gersang dan gundul, yang tidak dapat ditumbuhi tanaman lain. Sesudah pohon jambu mete tumbuh dengan baik, diharapkan tanaman lain juga akan tumbuh.

Pengembangan mete di Indonesia dimulai tahun 1975 melalui proyek Departemen Kehutanan sebagai tanaman konservasi untuk memperbaiki lahan kritis, bukan untuk produksi. Melalui proyek tersebut areal mete Indonesia meningkat pesat dari 58.000 ha tahun 1975 menjadi 196.000 ha tahun 1984. Sejak tahun 1988 proyek pengembangan mete ditangani oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian dengan orientasi di samping memperbaiki lahan kritis sekaligus penanggulangan masalah kemiskinan melalui peningkatan produktivitas mete. Tahun 2003, lima belas tahun kemudian, areal mete Indonesia sekitar 581.300 ha, tersebar di 21 provinsi. Terluas terdapat di Sulawesi Tenggara (25,4%), NTT (23,2%), Sulawesi Selatan (12,9%), Jawa Timur (10,6%), NTB (8,4%) dan Jawa Tengah (5,6%). Produksi gelondong mete Indonesia pada tahun tersebut sekitar 92.000 ton. Produktivitas mete sekitar 388 kg gelondong/ha/tahun tergolong sangat rendah dibandingkan dengan India dan Thailand berturut-turut telah mencapai 600 dan 1.000 kg gelondong/ha/tahun. Rendahnya produktivitas ini disebabkan karena belum terpenuhinya teknologi produksi yang diterapkan mulai dari bahan tanaman sampai dengan pemeliharaan. Rata-rata kepemilikan lahan per petani sekitar 0,3 ha di Kabupaten Wonogiri dan 1,5 ha di Kabupaten Buton. Pendapatan keluarga tani dari pertanaman metenya hanya berkisar antara Rp 525.000-Rp 2.625.000 per tahun. Jumlah tersebut tentunya jauh lebih rendah dari kebutuhan hidup per keluarga petani, sehingga mete belum dapat dijadikan andalan sebagai penghasilan utama keluarga. Oleh karena perlu diupayakan peningkatan pendapatan petani mete melalui peningkatan produktivitas usahatani dengan melakukan kegiatan peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi.

Tanaman jambu mete dapat tumbuh dengan baik serta berproduksi secara maksimal apabila persyaratan lingkungan tumbuhnya terpenuhi. Persyaratan lingkungan tumbuh tersebut secara umum dapat digolongkan ke dalam dua faktor, yaitu tanah dan iklim. Faktor tanah yang mempengaruhi terdiri atas tebal solum, tekstur, kemasaman (pH), kemiringan, kedalaman permukaan air dan drainase. Sedangkan faktor iklim meliputi tinggi tempat, curah hujan, bulan kering, bulan basah dan kelembaban udara. Berdasarkan persyaratan tumbuh, daerah pengembangannya dapat dibedakan atas empat katagori, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), agak sesuai (AS) dan tidak sesuai (TS). Untuk tujuan peningkatan produktivitas usahatani jambu mete pada kegiatan peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi dianjurkan untuk menggunakan tanah dengan katagori SS, S dan AS. Sedangkan untuk kegiatan ekstensifikasi dianjurkan menggunakan tanah dengan katagori SS dan S.

Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan kondisi sumber benih tanaman tahunan khususnya jambu mete. Varietas unggul  (Benih Bina)  jambu mete (9 varietas) yaitu : (1) Gunung Gangsir I, (2) K 36, (3) MR 851, (4) B 02, (5) Segayung Muktiharjo 9 (SM 9), (6) Meteor YK, (7) Flotim 1 (MPF 1), (8) Ende 1 (MPE 1), (9) Muna.

Ditjen Perkebunan sejak tahun 2006 telah membangun kebun induk (KI) jambu mete seluas 219,5 ha tersebar di 8 (delapan) provinsi yaitu : Jatim, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), NTB, NTT, Sulteng, Sulsel, Sultra dan Malut dan 31 kabupaten. Kebun induk yang dibangun 6,83% menggunakan lahan dinas dan 93,17% di lahan petani. Kebun induk dibangun tidak seluruhnya menggunakan benih bina jambu mete, beberapa KI dibangun dengan menggunakan benih unggul lokal. Dari 9 varietas unggul yang telah dilepas (benih bina), 7 jenis digunakan dalam pembangunan KI dan tidak terdistribusi. Di beberapa lokasi KI telah beralih fungsi dan perlu pembangunan kebun sumber benih yang baru.

Menurut Ditjen Bun sudah mengusulkan untuk kegiatan pengembangan jambu mete yang termasuk komoditas ekspor yaitu untuk peremajaan dan perluasan tanaman jambu mete adalah sebagaimana terlihat dalam tabel 1 dan 2 sebagai berikut : 
Tabel 1.  Lokasi dan Volume Kegiatan Peremajaan Tanaman Jambu Mete Tahun 2014


 
Tabel 2.  Lokasi dan Volume Kegiatan Perluasan Tanaman Jambu Mete Tahun 2014


Jumat, 09 Januari 2015

Teknik Budidaya Tanaman Jambu Mete Thailand

Kita semua tahu bahwa kacang mete itu enak dan merupakan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi.

Kebutuhan pasar akan permintaan kacang mete yang tinggi membuat prospek budidaya jambu monyet cukup menjanjikan. Jambu monyet thailand mempunyai kelebihan, yaitu  biji mete yang lebih besar.

sumber gambar: https://kacangmeteonline.files.wordpress.com/2012/07/kaca-mete.jpg



Teknik Budidaya Tanaman Jambu Mete Thailand adalah sebagai berikut:

A. Keadaan Iklim

1. Temperatur
Tanaman jambu mete dapat hidup dan tumbuh di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu mete adalah antara 170C-370C.

2. Curah hujan
Iklim yang hangat dan kering sangat cocok untuk tanaman jambu mete pada saat pembungaan dan pembentukan buah. Iklim dengan jumlah bulan kering antara 4 – 6 bulan dengan curah hujan 1.500 – 2000 mm/tahun paling cocok untuk pertumbuhan dan pembentukan hasil (buah).

3. Kelembapan udara
Tingkat kelembapan udara yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah berkisar 70% - 80%. Namun, tanaman jambu mete masih cukup toleran pada tingkat kelembapan udara antara 60% - 70%.

4. Penyinaran matahari
Penyinaran matahari yang cukup tinggi sepanjang tahun sangat diperlukan oleh tanaman jambu mete untuk pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif. Selain itu, penyinaran matahari yang cukup sangat diperlukan untuk proses fotosintesis tanaman.

B. Keadaan Tanah

1. Jenis tanah
Jenis-jenis tanah yang cocok untuk budi daya tanaman jambu mete adalah tanah latosal merah yang solumnya dalam, tanah alluvial, tanahlaterit, tanah pedsolik, dan tanah regosal.

2. Sifat kimia tanah
Agar keadaan sifat kimia tanah cocok untuk penanaman jambu mete, maka derajat keasaman tanah pada lokasi yang akan ditanami harus ditelitri terlebih dahulu. Cara meneliti keasaman tanah dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter. Keasaman (pH) tanah yang rendah (kurang dari 5,5) dapat diatasi dengan pemberian belerang. Sedangkan apabila pH tanahnya tinggi (lebih dari 6,3) dapat diturunkan dengan memberikan pengapuran.

3. Sifat fisik tanah
Sifak fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang bertekstur lempung berpasir, liat berpasir, tanah berpasir, dan pasir liat. Sdangkan struktur tanah yang baik untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang genbur dan mudah mengikat air (porous}.

4. Sifat biologi tanah
tanaman jambu mete memerlukan sifat biologis tanah yang baik. Jika sifat biologis tanah baik, maka produktivitas jambu mete akan menjadi tinggi. Sifat biologis tanah yang baik dicirikan oleh banyaknya bahan organik/humus di dalam tanah dan banyaknyaorganisme dalam tanah.

5. Ketinggian tempat
Di dataran rendah hingga dataran medium dengan ketinggian tempat 0-700m diatas permukaan laut, tanaman jambu mete dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Di dataran tinggi (di atas 1000 m dpl), produktivitas tanaman jambu mete makin berkurang.

6. Derajat kemiringan tanah
Secara teknis, tanah yang miring ataupun bergelombang dapat digunakan untuk budi daya tanaman jambu mete, asalkan kemiringannya tidak lebih 30%. Tanah yang memiliki kemiringan 30% berarti pada jarak 100 m perbedaan ketinggiannya adalah 30 m. Tanah miring ataupun tanah bergelombang jika akan digunakan untuk usaha penanaman jambu mete harus dibuat teras-teras atau tanggul- tanggul.

PEMBIBITAN TANAMAN JAMBU METE
Pembibitan tanaman jambu mete dapat dilakukan secara generatif atau secara vegetatif. Pembibitan secara generatif adalah pembibitan yang dilakukan dengan dengan penyemaian biji. Sedangkan pembibitan secara vegetatif dalah pembibitan yang dilakukan dengan penyambungan (grafting), pencangkokan (air layering), okulasi (budding), dan perundukan cabang bagian bawah tanaman (groung layering). Keuntungan pembibitan secara vegetatif adalah ukuran tanaman seragam, waktu berbuah lebih cepat, dan produksinya lebih tinggi daripada pembibitan dengan biji.
Pekerjaan pembibitan jambu mete meliputi lima hal, yaitu pembuatan kebun induk, pengadaan benih, penyiapan lahan pembibitan, penanaman benih dan pemeliharaan di persemaian, penyambungan serta pemeliharaan bibit.

PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN TANAMAN JAMBU METE
A. Penanaman Bibit di Kebun

1. Penentuan Saat Tanam
jadwal tanam yang tepat dilahan kering adalah pada permulaan musim hujan sampai dengan pertengahan musim hujan, yakni bulan Oktober/November sampai dengan Desember/Januari. Penanaman di lahan yang beririgasi teknis, saat tanam dapat dilakukan kapan saja karena kebutuhan air untuk pertumbuhan bibit selama masa pertumbuhannya dapat dicukupi dari air irigasi.

2. Persiapan Lahan
Penyiapan lahan untuk penanaman jambu mete yang utama adalah pembersihan semak belukar, sisa-sisa bekas tanaman sebelumnya, pembuatan parit irigasi dan drainase, pembuatan jalan control, pembuatan jalan angkutan produksi, dan pembrntukan teras-teras bagi lahan miring.

3. Penentuan Jarak Tanam
Jarak tanam yang dianjurkan untuk budi daya tanaman jambu mete adalah sebagai berikut :
a. 6 m X 8 m : Jarak dalam barisan tanam yang membujur arah Barat – Timur adalah 6m dan jarak antar barisan tanam 8 m
b. 8 m X 10 m : Jarak dalam barisan 8 m dan jarak antar barisan tanam 10 m
c. 12 m X 12 m : Jarak dalam barisan 12m dan jaraj antar barisan tanam 12 m.

4. Pembuatan Lubang tanam
Lubang tanam dibuat menurut jarak tanam yang telah ditetapkan. Ukuran lubang tanam adalah 50 cm X 50 cm X 50 cm. Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan secara manual atau dengan peralatan tekhnis.

5. Penanaman
Langkah-langkah penanaman bibit mete di dalam lubang tanam adalah :
a. Lubang tanam ditutup dengan tanah seperti semula, yakni lapisan tanah bagian bawah dimasukkan ke dalam lubang tanam terlebih dahulu, kemudian menyusul lapisan tanah atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang. Setelah itu, lubang tanm yang telah ditutupbiarkan selama 2 – 4 hari sebelum ditanami bibit jambu mete.
b. Buat lubang tanam sebesar kantong polybag yang digunakan untuk pentemaian bibit jambu mete pada lubang tanam yang telah ditutup tadi. Pembuatan lubang tanam harus tepat di tengah.
c. Masukkan bibit jambu mete beserta tanahnya kedalam lubang tanam dengan melepas kantong polybag terlebih dahulu, kemudian timbun dengan tanah galian tadi sampai se batas leher akar sambil ditekan-tekan sedikit agar tanaman dapat berdiri tegak dan kuat.
d. Selesai penanaman, di sekitar tanaman dapat diberi mulsa jerami padi untuk menjaga kelembapan tanah, kemudian disiram air secukupnya.

6. Waktu Tanam
waktu penanaman bibnit jambu mete yang baik adalah pada pagi hari sebelum pukul 09.00 atau pada sore hari setelah pukul 15.00. Penanaman bibit jambu mete pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan, bahkan mati.

7. Penyulaman
Penyulaman adalah penggantian tanaman yang rusak akibat serangan hama dan penyakit, tanaman yang tumbuh kerdil, dan tanaman yang mati. Penyulaman harus segera dilakukan apabila ada bibit yang pertumbuhannya kurang baik, rusak, atau mati. Bibit sulaman harus diambil dari bibit cadangan yang memilikiumur sama dengan tanaman yang digatiokan. Penyulaman untuk tanaman jambu mete masih dapat dilakukan sampai tanaman berumur 2 – 3 tahun.

B. Pemeliharaan Tanaman

1. Penyiangan
Rumput atau gulma yang tumbuh di areal perkebunan jambu mete sangat mengganggu pertumbuhan tanaman jambu mete dan pembentukan hasilnya. Penyiangan rumput/gulma yang sempurna dapat meningkatkan perkembangan tajuk tanaman sehingga tanaman tersebut dapat mereduksi luas permukaan tanah dan pada saat yang sama dapat meningkatkan produksi tanaman.

2. Pemupukan
Pemupukan bertujuan memberikan unsure makanan yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur-unsur makanan yang diperlukan oleh tanaman dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu unsur makro yang terdiri atas nitrogen, phospat, kalium, belerang, magnesium, dan kalsium. Unsuir mikro terdiri atas molybdenum (Mo), tembaga (Cu), boron (B), seng (Zn), besi (Fe), mangan (Mn) dan lain-lain.

3. Penyiraman
Air merupakan bahan pelarut sel dan merupakan medium untuk pengangkutan unsure hara dalam tan ah. Air juga dapat mempertahankan turgor dalam proses transpirasi. Di samping itu, air itu sendiri unsure hara bagi tanaman.

4. Pemangkasan
Dengan pemangkasan, maka akan terbentuk percabangan yang bagus, tajuk yang luas, dan pohon yang luas. pemangkasan ini harus dimulai sejak tanaman masih berupa bibit sampai tanaman berbuah. Pemangkasan tanaman yang masih berupa bibit hanya dilakukan untuk membuang tunas-tunas sampingnya saja.

5. Perlindungan tanaman
Perlindungan tanaman dari serangan hama dan penyakit pada prinsipnya dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Tindakan preventif, yaitu mencegah serangan hama dan penyakit dengan melakukan pengolahan tanah secara intensif, menanam dengan jarak tanam yang sesuai, penyiraman dengan air yang dehat, dan penyiangan.
b. Tindakan kuratif, yaitu mengendalikan serangan hama dan penyakit. Dengan memelihara/menyebarkan musuh alami (predator), membunuh hama secara langsung , memangkas bagian tanaman yang terserang hama/penyakit dan membakarnya, atau menyemprot tanaman dengan obat-obatan pemberantas haman dan penyakit.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Tanaman jambu mete tidak luput dari serangan hama dan penyakit, beberapa hama yang menyerang tanaman jambu mete antara lain ulat kipas, kutu daun, penggerek batang dan akar, pengendaliannya dapat dilakukan dengan memungut ulat-ulat yang berkelompok pada daun, lalu memusnahkannya dengan menyemprotkan insektisida, memangkas bagian tanaman yang terserang, serta memoles sekitar permukaan pangkal batang/akar dengan suspensi BMC.
Begitupula dengan penyakit yang menyerang tanaman ini ada beberapa jenis penyakit yang menyerang seperti layu pada bibit, mati pucuk, busuk kering pada buah dan biji, anthracnosis pada daun dan lain-lain. Dapat pula dikendalikan dengan cara pengolahan tanah secara intensif, penyemprotan dengan fungisida medesinffektan benih dan bibit, menanam dengan jarak tanam yang sesuai serta sanitasi kebun.

PANEN
Panen buah mete umumnya dilakukan dengan memetik buah-buah yang telah masak dipohon atau memungut buah-buah yang telah gugur di tanah tetapi sudah matang. Pemetikan buah mete ini tidak dapat dilakukan sekaligus karena buah mete tidak masak secara bersamaan, pemetikan dapat dilakukan setiap 3 – 5 selama 2 – 3 bulan. tewrgantung pada banyaknya buah, buah-buah yang telah mencapaiu derajat kemasakan yang optimal ditandai dengan penampakan fisik buiah semu seperti buah semu berwarna merah cerah jingga atau kuning, daging buah semu jika dipijit sudah agak terasa lunak, dan buah telah berumur 60 – 70 hari sejak bunga mekar.

PENANGANAN PASCA PANEN

1. Pemisahan buah dari tangkai
Biji mete harus dipisahkan dari buah semunya. Cara memisahkannya biji mete cukup dengan cara dipuntir kemudian ditaruh di tempat terpisah, setelah itu biji mete tadi dicuci untuk membersihkan segala kotoran yang menempel.

2. Sortasi dan Grading jambu mete
Biji-biji mete yang telah dipisahkan dari buah semunya harus segera disortasi yaitu pemisahan antara biji yang baik dan biji mete yang rusak dan sekaligus dilakukan grading yaitu pengelompokkan biji mete yang b erukuran besar dan kecil. Tujuan keduanya adalah untuk menyeragamkan ukuran agar memudahkan proses pelembapan, penggorengan dan pemecahan.

3. Pengeringan biji mete
Biji mete yang telah dipetik masih memiliki kadar air sekitar 25%, oleh karena itu biji mete yang telah di panen tersebut segera dikeringkan untuk mempertahankan kualitas biji. Pengeringan dapat dilakukan denmgan cara dijemur di bawah panas matahari dengan dihamparkan di lantai jemur, pengeringan biji mete dilakukan hingga kadar airnya mencapai 5 %.

4. Penyimpanan biji mete gelondong
Biji-biji mete yang telah kering harus segera disimpan dengan baik agar kualitas biji tersebut tetap baik. hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyimpan biji mete gelondong adalah suhu udara dan kelembapan udara di dalam tempat penuimpanan.

5. Pelembapan biji mete
Biji mete yang telah dikeringkan dan disimpan umumnya memiliki kadar air 5%, biji tersebut bila akan dipecah untuk diambil kacang metenya harus digoreng terlebih dahulu, namun sebelum di goring biji mete yang memiliki kadar air rendah harus dinaikkan lagi kadar airnya hingga batas optimum sekitar 16%, peningkatan kadar air biji mete dilakukan dengan cara pelembapan. Lama proses pelembapan bervariasi antara 24 – 48 jam (1 – 2 hari) tergantung pada besarnyaukuran biji mete, kadar air dikehendaki,dan proses pelembaban yang digunakan.

6. Pengembalian kacang mete
Kacang mete merupakan bagian yang dikonsumsi. untuk mengambil kacang mete kulit mete dipecah atau dikupas.pengupasan kulit mete dapat dilakukan secara mekanis,semi mekanis,atau secara manual.

7. Pengeringan kacang mete
Kacang mete yang telah dipisahkan dari kulitnya dikeringkan lagi hingga kadar air mencapai sekitar 3%.Pengeringgan kacang mete ini bertujuan untuk memudahkan pengelupasan kulit dari kacang mete dan mencegah dari serangan jamur,danhama,serta meningkatkan daya tahan.

8. Pengupasan kulit ari
Pengupasan kulit ari kacang mete dilakukan segera setelah pengeringaan.pengupasan kulit ari kacang mete yang dilakukan secara manual dapat dikerjakan dengan penggesekan menggunakan jari tangan secara hati-hati atau menggunakan pisau jika sulit dilakukan dengan tangan.

9. Pelembapan mete
Sebelum dikemas kacang mete yang telah dikeringkan dengan kadar air 3% harus dilembabkan hingga mencapai kadar air 5%.Pelembapan kacang mete dilakukan dengan menyimpannya di dalam ruang pelembang secara beberapa jam.

10. Pengemasan
untuk mencegah kerusakan kacang mete perlu dikemas dengan baik.pengemasan selain melindungi kacang mete dari kerusakan serangga,bertujuan pula untuk melindungi kerusakan mekanis karena penggangkutan untuk kerusakan fisiologis karena pengaruh lingkungan suhu dan kelembapan.

11. Menyimpan kacang mete.
Dalam penyimpanan ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti ruang gudang penyimpangan harus selalu bersih,memiliki konstruksi yang kuat,pintu-pintu yang rapat,memiliki ventilasi,memiliki penerangan,penantaan peti kemas harus disusun secara teratur,suhu udara dalam gudang di usahakan sel;alu konstan (30oC- 370C).

12. pemasaran hasil
Pasar kacang mete sangat luas mulai dari tingkat rumah tangga hingga tingkat industri makanan. factor penting dalam memasarkan hasil panen kacang mete adalah mendapatkan harga yang tinggi. Pemasaran kacang mete dengan jalur pemasaran yang pendek dapat menguntungkan semua pihak yaitu petani produsen, lembaga pemasaran, dan konsumen.